Jakarta,-Hasilnya, Indonesia menempati peringkat 16 dari 140 negara, di atas peringkat negara-negara seperti Spanyol, Australia, dan Israel yang masing-masing bertengger di posisi 18, 19, dan 20.
Adapun peringkat pertama ditempati oleh Amerika Serikat (AS). Selanjutnya disusul oleh Rusia di peringkat kedua dan China di peringkat ketiga. Kemudian di posisi keempat dan kelima masing-masing ditempati oleh India dan Jepang.
Merujuk situs GFP, Indonesia bahkan menjadi negara yang terkuat secara militer di kawasan ASEAN, jauh berada di atas Singapura di peringkat 40 yang notabenenya merupakan negara paling maju di kawasan Asia Tenggara.
Keunggulan utama Indonesia
Unggulnya kekuatan militer Indonesia dibandingkan Spanyol, Australia, dan Israel tentu karena ditopang oleh jumlah personel tentara yang besar yakni 1.080.000.
Jika dijabarkan, jumlah personel militer aktif Indonesia tercatat sebesar 400.000, jumlah personel cadangan tercatat sebesar 400.000, dan jumlah paramiliter tercatat sebanyak 280.000.https://6eb0790b1acbde498bd1dc6c1c41447e.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html
Selain itu, luasnya Indonesia juga turut memengaruhi banyaknya jumlah alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dimiliki oleh matra darat, laut, dan udara. Banyaknya jumlah alutsista ini juga menunjang peringkat kekuatan militer Indonesia yang dirilis GFP.
Dalam situs GFP, tercatat kekuatan matra udara Indonesia memiliki 458 unit armada yang terdiri dari pesawat angkut, pesawat tempur, dan helikopter. Adapun jumlah pesawat tempur Indonesia hanya 41 unit.
Dengan jumlah armada sebanyak itu, menjadikan Indonesia berada di peringkat 28 dari 140 negara untuk kekuatan matra udara.
Adapun armada udara di Indonesia didominasi oleh pesawat latih, pesawat angkut, dan helikopter angkut
Banyaknya jumlah armada udara Indonesia juga tak lepas dari luas wilayah nusantara yang mencapai 1,9 juta kilometer persegi.
Hitungan sebatas kuantitatif
Kendati demikian, hitungan GFP didominasi aspek kuantitatif sebab tak memperhitungkan kualitas dari alutsista yang dimiliki suatu negara.
Jika dibandingkan dengan Singapura, berdasarkan hitungan GFP Indonesia memang lebih unggul karena memiliki jumlah personel dan armada matra udara yang lebih banyak.
Singapura memang hanya memiliki 237 armada matra udara. Jumlah itu lebih sedikit dibandingkan jumlah armada udara yang dimiliki Indonesia.
Namun GFP tak memperhitungkan perbandingan kualitas alutsista khususnya antara matra udara yang dimiliki oleh Singapura dan Indonesia.
Dari total 237 armada udara Singapura, jumlah tersebut didominasi oleh pesawa tempur yakni sebanyak 100 unit.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan emailhttps://543e5ba11470467352fadced26e5bdf2.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html
Tentunya pesawat tempur yang dimiliki Singapura lebih canggih ketimbang Indonesia. Singapura tercatat memiliki F-15 Strike Eagle, jet tempur yang tengah diincar Indonesia. Bahkan sebentar lagi Singapura akan memiliki pesawat tempur generasi kelima yakni F-35B.
Adapun F-35 didapuk sebagai jet tempur siluman tercanggih saat ini karena kemampuannya bersembunyi dari radar.
Selain Singapura, Australia yang peringkatnya berada di bawah Indonesia versi GFP justru merupakan operator jet tempur canggih seperti F-18 Super Hornet dan F-35 yang tak dimiliki Indonesia.
Sementara itu Israel yang peringkatnya di bawah Indonesia versi GFP juga memiliki 27 unit F-35.
Baca artikel lebih nyaman tanpa terganggu banyak iklan di aplikasi Kompas.comUNDUH
Karena itu, menanggapi peringkat kekuatan militer Indonesia yang dirilis GFP, Direktur Eksekutif Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi berpandangan, tidak boleh membuat bangga secara berlebihan.
Sebab, kuantitas yang besar namun sama sekali tidak bisa digunakan atau dioperasikan sama saja dengan omong kosong.
Terlebih indeks GFP hanya menitikberatkan pada aspek kuantitas dan tidak mengukur atau melihat kesiapan tempur angkatan perang sebuah negara.
”Semisal, dengan kemampuan kita sekarang, berapa lama kita mampu berperang. Jadi, kesiapan tempur tidak hanya soal kekuatan, tetapi juga kemampuan,” kata Khairul dikutip dari Kompas.id.
Khairul pun mengingatkan bahwa dalam indeks GFP terdapat variabel penting yang belum dimasukkan sebagai indikator, yakni faktor kemampuan riset suatu negara.https://c12df1a7700cffe5fe5770a2c18f330a.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html
Sebab, negara-negara dengan kemampuan militer yang kuat didukung oleh kemampuan riset yang maju, selain dukungan anggaran riset yang besar.
”Sebagai acuan tentu indeks GFP boleh digunakan meski tidak untuk dibanggakan. Kalau hanya bersandar pada angka kekuatan yang dirilis oleh indeks GFP ini, kita bisa ditertawakan. Sebab, selain kuantitas, harus diperhitungkan juga kualitas alat atau alutsista, kualitas pengguna beserta kesiapannya. Ini tidak bisa dilihat separuh-separuh,” tutur Khairul
(Kompas.com/red)
#pwrionline.com