Kiprah “Monster Bawah Laut” di Perairan Indonesia

PWRIONLINE.COM – JAKARTA. Kabar duka mendalam dari salah satu kapal selam kebanggaan Indonesia, KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak dan tenggelam di Perairan Utara Bali di kedalaman 838 meter bersama 53 awak dari patriot-patriot terbaik penjaga kedaulatan negara, pada hari Sabtu (24/04/2021).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, “musibah ini mengejutkan kita semua. Tidak hanya keluarga 53 awak kapal, keluarga besar Hiu kencana maupun Keluarga Besar TNI Angkatan Laut. Tapi juga seluruh rakyat Indonesia,” katanya di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (25/4/2021).

“Marilah kita semuanya kita memanjatkan doa dan harapan terbaik bagi 53 patriot terbaik penjaga kedaulatan negara. Dan bagi segenap anggota keluarga agar diberikan kesabaran, ketabahan dan kekuatan,” pungkasnya.

SURABAYA, INDONESIA – SEPTEMBER 25 : (Photo by Alex Widojo/Anadolu Agency/Getty Images)

Bicara soal KRI Nanggala-402, bukan asal-asalan Indonesia memilih membeli kapal selam jenis tersebut dari Jerman.KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam buatan Jerman pada 1978. KRI Nanggala-402 resmi menjadi bagian dari alat utama sistem pertahanan (alutsista) pada 1981.

KRI Nanggala-402 yang mengambil nama dari senjata pewayangan Nanggala tersebut dibuat oleh pabrikan Howaldtswerke, Kiel, Jerman, tahun 1981 tipe U-209/1300 yang memiliki bobot 1.100 ton di permukaan dan 1.207 ton saat menyelam. Selain itu, kapal selam ini memiliki kecepatan 11,5 knot di permukaan dan 22 knot saat menyelam. Kelincahan ini mendorong berbagai negara seperti Yunani, Korea Selatan, Venezuela, Turki dan India menggunakan kapal selam jenis ini sebelum akhirnya Indonesia juga menjadi penggunanya pada 1981.

Soal kedalaman, Kilo-Class yang memiliki panjang 73,8 m ini bisa menyelam hingga kedalaman 300 m. Angka ini juga masih kalah jika dibandingkan tipe 209-Class yang mampu menyelam hingga 320 m.

Dalam hal menggendong torpedo atau senjata penghancur musuh, Kilo-Class memang lebih unggul dengan mampu membawa 16 torpedo. Sedangkan 209-Class hanya dilengkapi 14 torpedo. Hal ini disebabkan badan Kilo-Class lebih besar ketimbang 209-Class.

Sejumlah spesifikasi inilah yang menjadikan Indonesia memilih 209-Class dibanding Kilo-Class yang sama-sama buatan Jerman, dan menggantikan dua kapal selam Whiskey-Class produksi Uni Soviet yang sebelumnya sudah dioperasikan oleh awak kapal selam Hiu Kencana Indonesia. Dua kapal selam baru saat itu bernama KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 401.

Kapal Selam KRI Nanggala-402 ini aktif melakukan sejumlah misi penegakan kedaulatan, hukum dan keamanan di laut. Tak hanya itu, kapal tersebut juga kerap digunakan sebagai tempat latihan yang digelar TNI AL. Pada 8 April sampai 2 Mei 2004, saat latihan operasi laut gabungan, kapal KRI Nanggala-402 ini menunjukkan kemampuannya sehingga dijuluki “monster bawah laut”. Saat itu, KRI Nanggala-402 menunjukkan kemampuan dengan menembakkan torpedo. Dengan kemampuan mutakhir yang dimiliki, kapal selam ini pun berhasil menenggelamkan KRI Rakata yang dijadikan sebagai sasaran tembak dalam latihan.

KRI Nanggala-402 pernah ditugaskan menjadi ujung tombak saat sengketa Indonesia-Malaysia di blok Ambalat yang kaya migas. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, menjadi tugas KRI Nanggala-402 untuk maju dalam peristiwa yang terjadi Mei 2005 itu. Tugas tersebut sesuai dengan peran kapal selam untuk mengintai, menyusup, dan memburu sasaran-sasaran strategis. Semua sesuai dengan keputusan politik pemerintah.

(Kompas.co/red)