PWRIonline.com
Nusa Dua- Grup Bank Dunia (WBG) dan Dana Moneter Internasional (IMF) mengharapkan manfaat yang nyata dan terukur dari pertemuan tahunan di Bali tahun 2018 ini.
Terdapat empat aspek yang dibahas: cara meningkatkan investasi modal; cara urbanisasi dapat menguntungkan suatu negara; indeks sumber daya manusia; dan prinsip untuk memaksimalkan penggunaan teknologi di bidang keuangan (teknologi keuangan/FinTech).
Selama beberapa tahun terakhir, beberapa reformasi mendasar telah diusulkan untuk masuk sebagai bagian dari paket modal yang akan memungkinkan WBG untuk memberikan hasil pembangunan secara lebih efektif dalam upaya yang berkelanjutan secara finansial.
WBG telah menetapkan strategi yang ambisius untuk mendukung pencapaian agenda pembangunan 2030. WBG melaksanakannya dengan memperkuat kapasitas keuangannya untuk memenuhi aspirasi para pemegang sahamnya, memobilisasi modal dalam skala besar, dan menjawab tantangan perubahan pembangunan global.
FinTech adalah bagian dinamis yang berada di persimpangan antara layanan keuangan dan sektor teknologi.
Di sini, perusahaan baru (start-ups) yang fokus pada teknologi dan pendatang baru di pasar melakukan inovasi produk dan layanan yang saat ini disediakan oleh industri jasa keuangan tradisional.
Di masa depan, FinTech akan mendongkrak ekonomi digital dunia, termasuk di Indonesia. Hasil akhir yang ingin dicapai terdiri dari 12 prinsip Bali FinTech Agenda yang telah disepakati.
Presiden Indonesia Joko Widodo dijadwalkan menjadi pembicara utama pada pertemuan yang akan diadakan pada hari Kamis (11/10/2018). Acara tersebut kemudian dilanjutkan oleh diskusi panel yang menghadirkan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani, dan beberapa delegasi lainnya.
“Pada prinsipnya, Indonesia mendorong ekonomi digital untuk dipertimbangkan masuk dalam Bali Initative sebagai referensi bagi negara-negara untuk mengembangkan teknologi keuangan mereka,” jelas Peter Jacobs, Ketua Panitia Pelaksana Pertemuan Tahunan IMF-WBG Tahun 2018 di Bali. “Proposal Teknologi Keuangan ini terdiri dari 12 prinsip,” tambahnya.
Pertemuan tahunan IMF-WBG ini memberikan kesempatan pada Indonesia untuk memimpin pembahasan isu-isu global saat ini, seperti cara mengembangkan infrastruktur, menjaga stabilitas sistem keuangan, mengatasi ketidaksetaraan, mengembangkan sumber daya manusia dan membuat kondisi keuangan yang baik untuk semua.
Terdapat forum bagi investor dan para pemimpin perdagangan dunia untuk mempelajari potensi unik Indonesia, pendekatan inovatifnya, peluang untuk berinvestasi dalam industri Indonesia, dan peluang bisnis yang ada.
Sebagai negara tuan rumah, Indonesia memperoleh beberapa manfaat seperti transfer pengetahuan; investasi dan perdagangan; pariwisata; dan mengangkat kepemimpinan Indonesia ke forum-forum global lainnya. Indonesia juga mendapat manfaat ekonomi jangka pendek dalam hal pendapatan devisa, sekitar Rp5,9 triliun selama acara berlangsung.
Pertemuan tahunan IMF-WBG ini dikunjungi dan dihadiri oleh kurang lebih 34.000 orang yang sebagian besar berasal dari sektor swasta di bidang transportasi, penginapan, makanan dan minuman, belanja dan hiburan, termasuk wisata alam dan budaya. (Kominfo/Red)